SEJARAH AS SYAFI'IYAH
Tahun 1927, Haji Abdullah Syafi’ie yang mendapat didikan ‘ulama setempat, dalam usia 17 tahun, mulai mengajar pada madrasah yang ia bangun di atas tanah milik orang tuanya Haji Syafi’ie bin Haji Sairan, di Kampung Balimatraman Jakarta Selatan. Tahun 1933, didirikan masjid yang diberi nama Masjid Al-Barkah, di samping madrasah.
Selain mengajar, Haji Abdullah Syafi’ie juga memimpin pengajian di Masjid Al-Barkah. Pengajian kaum Ibu dipimpin istrinya Hajjah Rogayah, puteri Kyai Haji Ahmad Muchtar, salah seorang gurunya. Haji Abdullah Syafi’ie yang dikaruniai Allah SWT, bakat dan kemampuan sebagai muballigh sering diundang bertabligh atau mengajar pada pengajian di masjid atau mushalla di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan, pada beberapa tempat seperti Masjid Matraman, Kebon Jeruk, Pejaten dan lain-lain, beliau menjadi guru tetap, mengisi acara pengajian secara berkala. Berangsur-angsur, Haji Abdullah Syafi’ie menjadi ‘ulama yang akrab dengan masyarakat.
Kegiatan diperluas dengan santunan anak yatim, fuqara dan masakin, orang jompo (manusia lanjut usia) dan kaum dhu’ afa lainnya. Tidak saja santunan material, akan tetapi juga rohaniah berupa dorongan untuk mengangkat diri sebagai khalifah dan hamba Allah yang berguna.
Berangsur-angsur dilakukan penyempurnaan madrasah yang diberi nama Madrasah Islamiyah, baik fasilitas maupun pendidikannya. Disediakan asrama pelajar, perumahan guru dan karyawan. Sistim pendidikan pesantren dikembangkan. Berdatanganlah para santri dari berbagai penjuru, terutama dari Jakarta dan sekitarnya. Bahkan ada juga yang datang dari Singapura dan Malaysia.
Tahun 1957 didirikan Madrasah Tsanawiyah. Madrasah ‘Aliyah dan Raudhatul Athfal (Taman Kanak-kanak) tahun 1969. Pada tahun itu juga didirikan Poliklinik As-Syafi’iyah. Di bidang Da’wah Islamiyah didirikan Majlis Ta’lim As-Syafi’iyah tahun 1971 setiap hari Ahad pagi, di samping Majlis Ta’lim yang telah ada yaitu Majlis Ta’lim Kaum Ibu hari Sabtu (Sejak tahun 1927) dan Majlis Ta’lim Al-Barkah setiap Rabu malam, semula dipimpin K.H. Ahmad Muchtar sejak tahun 1933. Tahun 1969 dibangun komplek pendidikan di Jalan Manggis Manggarai Selatan Jakarta Selatan.
Kekaryaan sebagai ‘ulama pesantren di samping ‘ulama masyarakat, menyebabkan masyarakat menyebut beliau dengan Kyai Haji (K.H) Abdullah Syafi’ie.
Tahun 1963 didirikan Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi’iyah yang membangun Akademi Pendidikan Islam (AKPI) As-Syafi’iyah. Tahun 1967 didirikan Radio AKPI As-Syafi’iyah. AKPI ditingkatkan menjadi Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) tahun 1969. Radio AKPI yang diasuh mahasiswa ditingkatkan menjadi Radio As-Syafi’iyah tahun 1971.
Yayasan Perguruan As-Syafi’iyah didirikan tahun 1971 untuk mengasuh seluruh kegiatan. Pemberian nama As-Syafi’iyah dilatar belakangi oleh keinginan untuk mengabadikan nama ayahnya Haji Syafi’ie (Nashaban) dan madzhab yang dianut yaitu Madzhab Imam Syafi’ie (Madzhaban).
Kegiatan yayasan yang baru didirikan itu ditata dari kegiatan yang telah berjalan. Dipilah-pilah menjadi tiga bidang, yaitu :
(1) Bidang Pendidikan, meliputi lembaga-lembaga pendidikan sejak dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.
(2) Bidang Da’wah, meliputi lembaga-lembaga da’wah dan komunikasi massa seperti tabligh, pengajian, halaqah, siaran radio, penerbitan dan lain-lain.
(3) Bidang Usaha Sosial, meliputi lembaga-lembaga kemaslahatan ummat seperti poliklinik, pesantren khusus yatim, sekolah-sekolah khusus, perumahan guru, dan karyawan, Jasrama pelajar dan lain-lain.
Yayasan Perguruan As-Syafi’iyah didirikan tahun 1971 untuk mengasuh seluruh kegiatan. Pemberian nama As-Syafi’iyah dilatar belakangi oleh keinginan untuk mengabadikan nama ayahnya Haji Syafi’ie.
Yayasan dipimpin langsung oleh K.H. Abdullah Syafi’ie. Kegiatan terus dikembangkan. Berbagai lembaga di bidang pendidikan, da’wah dan usaha sosial, dibangun untuk menambah atau memperluas yang ada. Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) dibangun sekaligus tahun 1970. Dibangun pula kompleks pendidikan As-Syafi’iyah di Jalan Bukit Duri Selatan tahun 1974.
Perluasan dilanjutkan ke daeran JABOTABEK (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Pesantren Putra dibangun tahun 1976, Pesantren Putri tahun 1977 Pesantren Tradisional tahun 1978, Pesantren Khusus Yatim tahun 1978 dan Pesantren Tinggi Ma’had ‘Ali Darul Arqam Tahun 1980. Keseluruhan pesantren tersebut terletak di Jatiwaringin Pondok Gede Kabupaten Bekasi.
Akademi Wiraswasta As-Syafi’iyah sebagai pendidikan trobosan dibangun tahun 1981. Kemudian diintegrasikan ke Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) tahun 1984. Perkampungan pendidikan di Cilangkap Jakarta Timur dibangun tahun 1977. Sementara itu, Kampus Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) di Jatiwaringin dapat dipakai tahun 1983. Dilakukan pembenahan dan perluasan UIA dengan membuka Fakultas baru tahun 1983 yaitu Fakultas Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ekonomi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Teknik, di samping Fakultas Da’wah yang berganti nama dengan Fakultas Ushuluddin.
Tahun 1984 dibangun Akademi Perawatan As-Syafi’iyah. Perkampungan pendidikan di Jakasampurna dibangun tahun 1984. Pada tahun yang sama yakni 1984 diresmikan pula perkampungan pendidikan di Payangan Kabupaten Bekasi. Tahun 1984 dilakukan pemugaran Masjid Al-Barkah, dengan merombak seluruh bangunan dan mendirikan bangunan masjid baru dengan biaya 1,5 milyar di tempat semula.
Kegiatan demi kegiatan yang berlangsung secara beruntun berkesinambungan, dilakukan dengan selalu melibatkan masyarakat. Hal ini membuat Perguruan As-Syafi’iyah menjadi perguruan yang melekat di hati rakyat. Sebutan ‘ulama rakyat semakin mapan terkait dengan K.H. Abdullah Syafi’ie. Ia lahir dan berkembang bersama rakyat. Ia berjuang bersama dan untuk rakyat. Ia populer di kalangan Pemerintah, di kalangan golongan atasan, golongan menengah, dan golongan dhu’afa, Suaranya suara rakyat yang disampaikan dengan gayanya yang khas. Da’wahnya lantang. Melalui Radio As-Syafi’iyah ia menyelusup ke setiap relung kehidupan rakyat yang ia cintai. Begitulah, ketika berpulang ke rahmatullah tanggal 18 Dzulhijah 1405 H atau 3 September 1985, media massa mengulasnya” ‘Ulama Rakyat Itu Telah Tiada”.
Dalam rangka pemantapan sehubungan dengan terjadinya alih generasi setelah berpulangnya K.H. Abdullah Syafi’ie ditetapkan lima program, yaitu Pemantapan Khittah, Pemantapan Program, Pemantapan Kepemimpinan, Pemantapan Manajemen dan Pemantapan Organisasi.
Dalam rangka mematuhi Undang-Undang No. 8 tahun 1985, dilakukanlah penataan kembali perangkat yayasan. Nama yayasan dipertegas dengan menambahkan perkataan Islam menjadi “Yayasan Perguruan Islam As-Syafi’iyah” Peristilahan pun dimantapkan. Bidang Da’wah diubah menjadi Pembina ma’ah Bidang Sosial menjadi Pembinaan Maslahatul Ummah, sedang Bidang Pendidikan tetap.
Kepemimpinan dilanjutkan putranya Kyai Haji Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Pimpinan yang baru, melanjutkan semua kegiatan berdasarkan kelima pemantapan tersebut. Pembangunan Masjid Al-Barkah yang terbengkalai ketika ditinggal almarhum K.H. Abdullah Syafi’ie, diteruskan. Pembenahan dan perluasan berjalan terus.
Pembangunan masjid Al- Barkah di Rawakalong Bogor, dimulai tahun 1987. Tahun 1986 didirikan Sekolah Luar Biasa Jurusan C (SLB-C) di Jatiwaringin. Insya Allah akan dibangun perkampungan pendidikan di Cogreg dan Sawangan Bogor. Sejak Januari 1988 dilakukan Da’wah Keliling dan Tabligh Akbar di Masjid Agung Al-Azhar. Dalam rangka meningkatkan wawasan di bidang pendidikan dan da’wah sejak Januari 1988 diterbitkan Buletin Wawasan Pendidikan dan Buletin Wawasan Da’wah, sementara tengah bulanan.
AS SYAFI'IYAH JAKARTA SAAT INI

Pada sektor pendidikan tinggi, As Syafi’iyah juga melakukan improvement yang cukup gemilang. Sekurangnya dengan mendirikan Akademi Wiraswasta yang pada 1981 dilebur ke dalam Universitas Islam Asy-Syafi’iyah. Setelahnya, pada 1984 diproklamirkan berdirinya Akademi Perawatan As Syafi’iyah. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1986 berdiri pula Sekolah Luar Biasa Bagian C.
Tahun 1976 menjadi ikhwal keberadaan pesantren putra As Syafi’iyah. Berturut-turut setelahnya menyusul pesantren putri pada 1977, pesantren khusus yatim dan tradisional pada 1978, bahkan Pesantren Tinggi Ma’had Ali Darul pada 1980.
Sedikit kembali ke beberapa tahun sebelumnya. Selain sekolah berbasis pengetahuan umum, As Syafi’iyah juga hadir dengan lembaga Pendidikan berbasis agama. Tahun 1976 menjadi ikhwal keberadaan pesantren putra As Syafi’iyah. Berturut-turut setelahnya menyusul pesantren putri pada 1977, pesantren khusus yatim dan tradisional pada 1978, bahkan Pesantren Tinggi Ma’had Ali Darul pada 1980. Dalam Upaya meningkatkan akselerasi syi’ar dan da’wah, radio AKPI As Syafi’iyah ikut mengambil bagian pada tahun 1967. Kontribusi dan perkembangannya cukup menyita perhatian para tokoh dalam Perguruan Islam As Syafi’iyah. Demi meluaskan jangkauan, namanya diubah menjadi Radio As Syafi’iyah (RAS) pada tahun 1971 hingga kini yang hadir pada gelombang FM 95.5 MHz dan gelombang AM 792 KHz.
Tahun 1985 KH Abdullah Syafi’I menuntaskan jihad da’wahnya. Sepeninggalan beliau, Perguruan As Syafi’iyah dilanjutkan oleh putra-putrinya di bawah naungan Yayasan Perguruan Islam As Syafi’iyah. Meraka adalah Hj. Muhibbah, Hj. Tuty Alawiyah, H. Abdur Rasyid, H. Abdul Hakim, dan Hj. Ida Farida.
VISI AS SYAFI'IYAH
VISI: As-Syafi’iyah sebagai lembaga Syariah dalam Aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah yang menjadi kebanggaan dan pilihan utama ummat Islam melalui prinsip “Lembaga Bermutu” ditopang SDM berkualitas, dengan rasa kebersamaan dalam perjuangan, manfaat yang berkeadilan serta kesejahteraan yang merata untuk mencapai ridho Illahi Rabbi.
MISI AS SYAFI'IYAH
MISI: Menjadi Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam terkemuka dan modern, bertaqwa, bermutu, bersaing dan barokah menuju Izzul Islam wal Muslimin”
Memiliki makna bahwa ke depan kelak Lembaga Pendidikan Islam As Syafi’iyah Jakarta kelak akan menjadi sebuah lembaga yang meperoleh tempat di hati ummat, berjalan di atas segala hal-hal yang terbarukan dengan tetap menjadikan ketaqwaan kepada Allah Subhanahuwta’ala sebagai fundamen.